Pengaruh Broken Home dan Cara mengatasinya
Kebanyakan
orang memandang “Broken Home” itu adalah sebuah keluarga yang berantakan
yang disebabkan oleh kedua orangtua yang tidak memposisikan anak dengan masalah
yang dihadapi dan tidak memandang dampak baik atau buruknya perkembangan
anaknya bahkan terkesan acuh terhadap pergaulan sang anak
“Broken
Home” dapat dilihat dari dua sisi yaitu : pertama keluarga yang tidak utuh
seperti kedua orang tua yang bercerai, atau salah satu orang tua meninggal. Dan
kedua keluarga yang utuh tetapi kedua orang tua tidak sering dirumah, sehingga
si anak tidak merasakan kasih saying sebagaimana anak pada umumnya.
1. Penyebab “Broken Home” terjadi
Perceraian Faktor
pertama tidak adanya komitmen dan tujuan suami istri dalam membangun sebuah
rumah tangga rumah tangga; faktor kedewasaan yang kurang mampu dalam mengatasi
berbagai masalah keluarga juga tidak saling memberi rasa kepercayaan satu
dengan yang lainnya, semua yang mencangkup intelektual, dan emosional.
2. Kurangnya siraman rohani
Mengenai
sikap baik, buruknya manusia didunia ibarat bermain film dan Tuhan Yang Maha
Esa adalah sutradaranya. Kembali lagi kita yang mengontrol sikap buruk itu,
jika mementingkan kehidupan duniawi kita akan jauh dari-Nya.
3. Sikap kekanak-kanakan orang tua
Egoisme
adalah sikap yang dimiliki setiap manusia. Akan tetapi banyak juga yang masih
bisa terkontrol. Egois adalah sikap yang mementingkan diri sendiri. Sikap yang
lainnya adalah menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
4. Adanya masalah Latar Belakang
Latar
Belakang disini seperti kedudukan atau latar belakang keluarga dari kedua orang
tua. Yang jadi permasalahan adalah membeda-bedakan dan mempermasalahkan latar
belakang itu sendiri contohnya si A berlatar belakang keluarga yang terpandang
dan terhormat sedangkan si B hanya karyawan biasa. Ketika berumah tangga dan
memiliki banyak ketidak cocokan latar belakang ini sering kali disebut-sebut.
5. Tidak memiliki rasa Tanggung jawab
Tidak
bertanggung jawabnya orang tua salah satunya masalah kesibukan. Saking sibuknya
sampai lupa bahwa ada anak yang menunggu dengan segala cerita dalam pikiiran
sianak tersebut.
6. Kurangnya Komunikasi
Kebanyakan,
sebuah keluarga hilangnya keharmonisan dalam membina hubungan suami-istri
adalah komunikasi. Faktor yang biasanya sering dianggap penyebab utama
adalah kurangnya komunikasi.
7. Kurangnya pengetahuan dalam Membina
Nah,
faktor pengetahuan disini adalah ilmu dalam membina rumah tangga. Apa
solusinya? Mungkin menurut saya adalah orang ketiga dalam penengah permasalahan
yaitu Ibu atau Bapak, Kakek atau Nenek, dan Paman atau Bibi.
8. Masalah Perekonomian
Masalah
ekonomi adalah masalah internal yang mungkin bisa diselesaikan secara
baik-baik. Terlepas dari penghasilan suami yang hanya cukup untuk makan dan
rumah untuk berteduh. kalaupun ada lebih mungkin untuk pakaian dan lain-lain.
Akan tetapi jika siisteri banyak menuntut suami, sampai sisuami itu tidak tahan
terhadap tuntutannya bisa terjadilah perpecahan itu.
Pengaruh
keluarga “Broken Home”
1. Perkembangan Emosi Anak
Menurut
Hather Sall (dalam Elida Prayitno 2006 : 96) “Emosi merupakan situasi psikologi
yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan
tubuh”. Perceraian adalah suatu hal yang harus dihindarkan, agar emosi anak
tidak menjadi terganggu. Perceraian adalah suatu penderitaan atau pengalaman
traumatis bagi anak (Singgih,1995:166). Adapun dampak pandangan kelurga broken
home terhadap perkembangan emosi remaja menurut Wilson Madeah (1993 : 42)
adalah : Perceraian orang tua membuat terpramen anak terpengaruh, pengaruh yang
tampak secara jelas dalam perkembangan emosi itu membuat anak menjadi pemurung,
pemalas (menjadi agresif) yang ingin mencari perhatian orang tua / orang lain.
Mencari jati diri dalam suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi
Sedangkan menurut Hetherington (Save M.Degum 1999:197) “Peristiwa perceraian
itu menimbulkan ketidak stabilan emosi”. Ketidak berartian pada diri remaja
akan mudah timbul jika peristiwa perceraian dialami oleh kedua orang tuanya,
sehingga dalam menjalani kehidupan Anak merasa bahwa dirinya adalah pihak yang
tidak diharapkan dalam kehidupan ini. (Alex Sobur, 1985:282)
Anak
yang kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua emosi marahnya akan mudah
terpancing. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (didalam Elida Priyitno. 2006
: 74) “Hubungan antara kedua orang tua yang kurang harmonis terabaikannya
kebutuhan remaja akan menampakkan emosi marah”. Jadi keluarga sangat berpengaruh
pada perkembangan emosi Anak karena keluarga yang tidak harmonis menyebabkan
dalam diri anak merasa tidak nyaman dan kurang bahagia.
2. Perkembangan Sosial Anak
Menurut
Brim (dalam Elida Prayitno. 2006 : 81) “Tingkah laku sosial kelompok yang memungkinkan
seseorang berpartisipasi secara efektif dalam kelompok atau masyarakat. Dampak
keluarga Broken Home terhadap perkembangan sosial Anak menurut Sunggih D
Gunawan 1995 : 108 adalah : Perceraian orang tua menyebabkan tumbuh pograan
infenority terhadap kemampaun dan kedudukannya, dia merasa rendah diri menjadi
takut untuk meluarkan pergaualannya dengan teman-teman.
Sedangkan
willson Nadeeh (1993 : 42) menyatakan bahwa : Anak sulit menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Anak yang dibesarkan dikeluarga pincang, cendrung sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan. kesulitan itu datang secara alamiah dari
diri anak tersebut.
Dan
dampak bagi Anak perempuan menurut Hethagton (dalam santrok 1996 : 2000)
menyatakan bahwa : Anak perempuan yang tidak mempunyai ayah berprilaku dengan
salah satu cara yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat menarik diri
pasif dan minder kemungkinan yang kedua terlalu aktif, agresif dan genit.
Jadi
keluarga broken home sangat berpengaruh pada perkembangan sosial anak karena
dari keluarga anak menampilkan bagaimana cara bergaul dengan teman dan
masyarakat.
3. Perkembangan Kepribadian Anak
Perceraian
ternyata memberikan dampak kurang baik terhadap perkembangan kepribadian anak.
Menurut
Westima dan Haller (dalam Syamsyu Yusuf 2001 : 99) yaitu bahwa remaja yang
orang tuanya bercerai cenderung menunjukkan ciri-ciri :
a.
Berpilaku nakal
b.
Mengalami depresi
c.
Melakukan hubungan seksual secara aktif
d.
Kecenderungan pada obat-obat terlarang
Cara
mengatasi Broken home
1. Perbanyak ilmu keagamaan dan siraman Rohani
Dengan
mempererat hubungan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya rasa semua akan
lancar. Tidak hanya dengan tuhan mempererat tali pertemanan dengan siapapun.
2. Berpikir dan berprilaku positif
Mungkin
memang mudah untuk mengatakan “semua yang terjadi pasti ada hikmahnya dan ambil
sisi positifnya” dan sulit untuk di jalankan. Tapi bukankah itu memang benar?!
toh
masalah yang kita hadapi adalah proses pembelajaran menuju kedewasaan diri.
Semua yang berawal dari yang baik akan menghasilkan kebaikan, berpikir positif
dan berprilaku baik pun pasti akan menghasilkan kebaikan tentunya untuk diri
kita dan orang disekitar kita.
Nah,
jika bersedih ada baiknya mulai untuk berbenah diri, tidak perlu mendengarkan
omongan orang lain. Jika kita mementingkan omongan orang lain kita sendiri akan
terjebak dengan keadaan dan situasi yang memungkinkan untuk menghakimi diri
kita sendiri.
Dengan
berusaha, ikhlas, dan berikhtiar jalan keluar akan terbuka dengan sendirinya.
3. Tempat untuk berbagi
Tuhan
memang baik, adakalanya kita sadari itu ketika dalam keterpurukan sehingga kita
akan selalu ingat jika kita tidak sendiri di dunia ini. Ada sahabat, teman,
atau pacar yang bisa untuk mendengarkan keluh kesah dan memberikan nasehat yang
baik terhadap kita.
4. Mencari Pelarian Yang Positif
Tidak
ada salahnya jika kita mencoba hal-hal yang baru, yang positif dong tentunya.
Contohnya menjadi pelukis yang keliling kota untuk melukis pemandangan dari
tengah kota sampai pelosok-pelosok kota, sehingga membuat otak kita lebih
fresh.
Atau
melakukan kegiatan yang membuat kita lupa akan permasalahan yang kita hadapi
bahkan bisa membuat kita menyelesaikan masalah dengan baik.
yoooooooooooooooo
BalasHapus